Senin, 25 Juni 2012

Euro 2012, Utang Yunani dan Kita


Euro 2012, Utang Yunani dan Kita
Restu Iska Anna Putri ;  Praktisi Keuangan dan Perbankan,  
Penggemar Sepak Bola, di Balikpapan
Sumber :  SINAR HARAPAN, 23 Juni 2012


Apa yang terjadi pada timnas Yunani di ajang Euro atau Piala Eropa 2012 berimbas di dunia politik. Sebagai juara Piala Eropa 2004, timnas Yunani semula diprediksi tersingkir lebih awal, mengingat hasil di dua laga awal di Grup A yang tidak begitu menggembirakan.

Yunani ditahan seri tuan rumah Polandia 1-1 pada laga perdana Jumat (8/6) kemudian dikalahkan Republik Cek 1-2, Rabu (13/6).

Namun pada partai ketiga yang menentukan melawan Rusia, Minggu (17/6), Negeri Para Dewa itu membuat Rusia terluka dengan menang 1-0 berkat gol Giorgios Karagounis. Berdasar aturan baru UEFA (khususnya head to head), Yunani akhirnya melaju ke babak perempat final, menantang juara Grup B Jerman.

Pemilu

Hasil yang menggembirakan di lapangan hijau itu rupanya berlanjut di lapangan politik. Sukacita kemenangan atas Rusia itu menjadi bekal bagi 9,8 juta rakyat Yunani untuk pergi ke berbagai tempat pemungutan suara (TPS) pada Minggu (17/6).

Pemilu kali ini memang menentukan masa depan Yunani apakah akan tetap atau keluar dari zona euro. Maka bagi banyak negara lain, ketegangan menanti hasil pemilu Yunani sama dengan ketegangan menonton tim favorit di ajang Euro.

Maklum pemilu Yunani punya implikasi yang besar terhadap zona euro dan kekhawatiran keluarnya Yunani dari negara-negara bermata uang tunggal (Graexit) akan memicu efek domino yang dahsyat.

Meski ekonominya stabil, Jerman juga mulai kelimpungan karena ada cukup banyak kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) di dalam negeri. Syukurlah ada ajang Euro, mengingat di Jerman banyak industri yang diuntungkan.

Misalnya perusahaan produk olahraga terbesar Jerman mampu mencetak keuntungan hingga US$ 3 miliar serta mampu menyerap 50.000 pekerja selama berlangsungnya Euro. Jadi soccernomics bisa menyelamatkan Eropa dari krisis, paling tidak untuk sementara waktu.

Yang jadi pertanyaan banyak orang, mengapa krisis utang Yunani menimbulkan efek domino? Jawabnya: utang Yunani menjadi sumber pendapatan Italia. Ini diperlukan Negeri Piza itu untuk membayar utang pada Spanyol.

Pembayaran dari Italia diperlukan Spanyol untuk membayar kewajiban utangnya pada Jerman, negara yang ekonominya paling stabil di Uni Eropa. Jadi krisis utang Yunani membentuk lingkaran krisis yang menyeret negara-negara lain.

Bukan hanya di negara-negara zona Euro, krisis utang Eropa juga menjalar ke mana-mana, termasuk ke negeri kita. Simak saja selama berhari-hari apa yang terjadi di Yunani atau krisis utang Eropa juga membuat mata uang rupiah tertekan dan mendekati Rp 10.000 per 1 dolar AS.

Pasar Lega

Syukurlah akhirnya Partai New Democracy keluar sebagai pemenang pemilu Yunani. Kemenangan partai pendukung bail out atau dana talangan ini sungguh melegakan pasar global, paling tidak untuk sementara waktu.

Partai yang dipimpin Antonio Samaras itu berhasil memenangkan pemilu di Yunani 17 Juni kemarin dengan 30 persen suara atau 130 kursi. Partai ini bersama Partai Pasok yang juga pro Uni Eropa akan cukup membentuk koalisi yang mayoritas, dengan total kursi mencapai 163 dari 151 yang disyaratkan.

Beberapa saat sebelum pemilu, kepada BBC Samaras menegaskan akan memimpin negerinya keluar dari krisis keuangan dan tetap berada di zona euro. Dia menyatakan menerima kesepakatan mengenai utang Yunani, tetapi dia akan melakukan perundingan ulang dan mencari jalan keluar dari krisis.

Sebagaimana diketahui, meski perekonomian Yunani hanya berkontribusi 0,4 persn atas perekonomian dunia, krisis utang di negeri itu mengancam menyeret banyak negara ke dalam krisis juga.

Sebagai kilas balik, krisis mulai mengancam Yunani pada kuartal kedua 2009 dengan kontraksi ekonomi 0,4 persen. Utang nasionalnya mencapai 350 miliar euro, lebih besar dibandingkan dengan penghasilan negara itu. Dana talangan tahap pertama 110 miliar euro pada pertengahan Mei 2010 belum cukup untuk menyelamatkan Yunani dari deraan krisis.

Written-off (pemutihan utang) Yunani yang diusulkan pun masih banyak dipertimbangkan dan belum menghasilkan keputusan berarti. Negara-negara zona Euro mendesak Yunani menerima bail out tahap II. Kita masih akan melihat bagaimana strategi pemerintah Yunani yang baru di bawah Samaras dalam mencari jalan keluar.

Meski dunia masih menunggu sepak terjang pemerintah baru, berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, mengaku lega atas hasil pemilu Yunani. BI sudah menyiapkan antisipasi bila Yunani keluar dari zona Euro. Dengan hasil pemilu seperti itu, berarti BI tak perlu terlalu pusing.

Namun, sebaiknya BI memang tetap meningkatkan pasokan valas di pasar sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana diketahui, krisis utang Eropa paling dirasakan tekanannya di pasar valas dan pasar keuangan kita.

Ini terjadi karena posisi utang luar negeri swasta Indonesia dari Eropa per April 2012 mencapai US$ 21,6 miliar dengan rincian utang berasal dari Belanda (57,3 persen), Inggris (10,7 persen), Jerman (6,4 persen) dan Prancis (2,5 persen).

Pesan untuk Kita

Para penggemar filsafat di dunia, termasuk dari Indonesia, amat menggemari pemikiran para filosof Yunani klasik, seperti Socrates, Aristoteles, Plato, dan Epicuros. Nah, pemerintah kita juga perlu belajar tentang utang dan dampaknya. Krisis Yunani harus memberi pelajaran pada kita.

Seperti diketahui, total utang pemerintah Indonesia hingga Mei 2012 mencapai Rp 1.944,14 triliun, naik Rp 140,65 triliun dari posisi di akhir 2011 yang nilainya Rp 1.803,49 triliun.

Konyolnya, ada kabar pemerintah berencana menambah utang dengan total hingga Rp 134 triliun untuk pembiayaan anggaran. Memang rasio utang kita terus menurun. Tahun 2000, total utang kita Rp 1.234,28 triliun dengan rasio 89 persen dan 2011 total utang jadi Rp 1.816,85 triliun dengan rasio 28,2 persen. Jadi masih aman.

Meski demikian, kita perlu belajar hati-hati. Utang yang besar pasti akan menjadi kendala untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan adil. Bunga yang besar sebenarnya bisa dipakai untuk mengentas kemiskinan.

Jadi perlu ada peninjauan terhadap kegemaran dalam berutang ini. Bila tidak perlu utang lagi, ya jangan berutang.

Apalagi kesadaran betapa berbahayanya utang sering datang belakangan setelah nasi menjadi bubur, sebagaimana dialami Yunani. Kita berharap saja pemerintah baru Yunani akan bisa menyelamatkan negeri itu dari krisis dan dunia, termasuk kita agar tidak terancam akan dampaknya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar