Kamis, 21 Juni 2012

Infrastruktur Ibu Kota


Infrastruktur Ibu Kota
Yusuf Maulana Putra ; Secretary-Chairman New Force Construction Indonesia
Sumber :  SUARA KARYA, 20 Juni 2012


Masalah infrastruktur merupakan salah satu kerikil tajam yang menghambat kemajuan DKI Jakarta. Tak terhitung lagi berapa kerugian yang ditimbulkannya, baik materi, moral, maupun lingkungan, dan lain-lain.

Pada era Gubernur Sutiyoso, masyarakat sempat mendapatkan angin segar lewat pembangunan transportasi massal umum busway. Tetapi, setelah sekian tahun ternyata tidak terlihat perubahan-perubahan signifikan dalam upaya memecahkan masalah infrastruktur transportasi umum di Ibu Kota. Minimnya pemeliharaan menimbulkan masalah baru yang berujung infrastruktur yang sudah ada menjadi sia-sia.

Proyek-proyek rencana induk lain yang dicanangkan untuk mengatasi problematika transportasi umum Ibu Kota pun menuai banyak masalah. Proyek monorel, misalnya, awalnya diproyeksikan dapat menguraikan kemacetan di Jakarta, tetapi justru gagal bahkan mangkrak. Proyek kanal banjir yang diproyeksikan dapat mengatasi problematika banjir juga tidak cukup membantu karena faktor pemeliharaan.

Beberapa waktu lalu Pemprov DKI dan Gubernur DKI beserta pihak swasta selaku kontraktor melakukan groundbreaking proyek mass rapid transit (MRT) dengan rute Lebakbulus-Kampung Bandan. Ini juga merupakan angin segar. Meski terlambat, diharapkan proyek itu tidak bernasib sama seperti monorel.

Sejatinya, pangkal masalah infrastruktur di Ibu Kota adalah minimnya terobosan oleh pihak pemprov. Tak mengherankan, kemacetan, banjir, dan transportasi umum tak kunjung mengalami penanganan berarti.

Jakarta mempunyai sejuta potensi yang siap digali dan dieksploitasi untuk menciptakan infrastruktur umum. Posisi Ibu Kota yang memegang dua peran sekaligus--pusat pemerintahan dan pusat perekonomian negara--memiliki nilai lebih.

Karena itu, sudah seharusnya Pemerintah DKI Jakarta melakukan terobosan melalui seminar-seminar agar investor tertarik menggarap proyek infrastruktur Ibu Kota.

Singapura adalah contoh tepat karena posisinya sama dengan Jakarta. Singapura mengandalkan kelebihannya sebagai ibu kota yang memegang dua peran sekaligus seperti Jakarta. Namun bedanya, Pemerintah Singapura aktif melakukan terobosan dengan menggelar seminar-seminar ataupun konferensi yang mampu menarik investor menggarap proyek infrastruktur. Karena itu, mayoritas infrastruktur di Singapura dibiayai swasta dan dikelola swasta.

Sesungguhnya masyarakat Jakarta mendambakan terciptanya infrastruktur sarana-prasaran umum yang modern, terintegrasi, murah, nyaman, dan aman. Siapa pun Gubernur DKI terpilih nanti, agar lebih berani melakukan terobosan-terobosan dalam pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar