Jumat, 01 Juni 2012

Pancasila dan Karakter Bangsa


Pancasila dan Karakter Bangsa
Siti Muyassarotul Hafidzoh ; Peneliti Pendidikan pada Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
SUMBER :  SUARA KARYA, 1 Juni 2012

Tanggal 1 Juni selalu diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Peringatan ini sangat penting untuk menegakkan kembali karakter bangsa yang sedang tercabik sekarang. Pancasila mestinya dijadikan sebagai platform bersama dalam menegakkan karakter, sehingga Indonesia mampu bangkit untuk menggapai kemajuan dan kesejahteraan. Nilai luhur hidup berbangsa dan bernegara yang terekam dalam Pancasila harus diaktualisasikan kembali, sehingga Pancasila menemukan kembali etosnya di tengah gejolak sosial budaya yang makin kompleks sekarang.

Aktualisasi nilai Pancasila tentunya sangat tepat kalau dilakukan dalam lembaga pendidikan. Di sinilah pentingnya Pendidikan Pancasila. Terkait Pendidikan Pancasila, UU No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 2 sudah menyatakan bahwa 'Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945'. Ini sudah jelas sekali status hukumnya, sehingga lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan dan pola pembelajaran.

Pada hakikatnya, Pendidikan Pancasila adalah upaya sadar diri suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik), serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasionalnya.

Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.

Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat-istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit yang jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Bangsa ini sedang berjuang menegakkan kembali karakternya yang sedang runtuh. Keruntuhan karakter bangsa justru terletak pada kondisi kaum terdidik yang mulai kehilangan sensitivitas karakternya. Yang duduk menjadi pejabat negara tak lain adalah kaum terdidik yang telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Para koruptor yang tertangkap dan dipenjara adalah kaum terdidik yang telah kenyang dengan materi kuliah. Wakil rakyat yang begitu terhormat dalam sidang adalah kaum terdidik yang mendapatkan amanah rakyat. Elite partai juga seorang terdidik yang telah sukses di bangku kuliah dan bangku aktivis pergerakan ekstra-kampus.

Mereka semua adalah kader terbaik bangsa ketika mereka menempuh studi. Tetapi, mengapa korupsi yang terjadi pada bangsa ini justru dilakukan oleh kaum terdidik yang duduk di berbagai jabatan bergengsi? Bahkan, lebih dari 30 persen kepala daerah justru tersangkut korupsi setelah mereka lengser jabatan? Ini petanda buruk yang sangat besar pengaruhnya bagi Indonesia masa depan. Kalau hal ini terus saja dibiarkan, Indonesia bisa tenggelam dalam kerumun-an warganya yang abai dengan masa depan.

Nilai Luhur

Karakter bangsa harus kembali ditegakkan. Me-negakkan karakter ini tak lain adalah dengan menegakkan kembali nilai-nilai luhur yang sudah diwariskan para leluhur bangsa. Warisan nilai luhur di berbagai daerah sudah banyak sekali, tinggal bagaimana memahami, mengelola dan menjadikannya sebagai spirit kehidupan kebangsaan. Nilai luhur itu harus diejawantahkan dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat diajarkan kepada generasi masa depan yang akan memimpin Indonesia.

Pancasila merupakan saripati nilai luhur bangsa yang dikonsepsikan oleh Bung Karno. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, dan Keadilan merupakan nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan para leluhur bangsa. Kemudian, Bung Karno mengkonsepsikan itu sebagai falsafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penciptanya adalah bangsa Indonesia sendiri, bukan Bung Karno, sehingga tugas bersama untuk mengaktualisasikan nilai luhur itu dalam kehidupan sehari-hari.

Lembaga pendidikan mempunyai peran sangat stretagis dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan. Kalau lembaga pendidikan mampu mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di lembaga pendidikan, maka masyarakat akan terdorong untuk melanjutkan dalam kehidupan kemasyarakatan. Sinergi lembaga pendidikan dan masyarakat ini akan memberikan efek yang sangat besar dalam menegakkan nilai Pancasila.

Kalau masyarakat sudah mampu, di situlah kehidupan kebangsaan yang berlandaskan nilai Pancasila sedang berjalan dengan baik. Karena, bangsa ini adalah kumpulan dari keluarga dan masyarakat yang bersama-sama membangun Indonesia. Tugas penting tokoh masyarakat dan pengelola lembaga pendidikan ini harus didukung bersama, khususnya kaum elite bangsa yang ada di parpol, ormas, organisasi gerakan mahasiswa, LSM, dan khususnya pemerintah. Sementara lembaga pendidikan akan menjadi ujung tombak yang sangat efektif untuk membangun kembali martabat dan karakter bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar